Mungkin kita sering mengalami yang namannya "STRESS". Tapi apakah kita tahu apakah itu stress, berikut ada beberapa penjelasan mengenai stress.
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat.
ketegangan emosional atau stres ini adalah merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi diri seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Stres hanyalah sebuah reaksi terhadap stimulus yang mengganggu keseimbangan fisik atau mental kita. Dengan kata lain, ini merupakan bagian dari hidup kita dimana-mana. Sebuah peristiwa stres dapat memicu respon "melawan atau lari", menyebabkan hormon seperti adrenalin dan kortisol melonjak melalui tubuh. Sedikit stres, yang dikenal sebagai "stres akut," dapat menarik hormon itu yang membuat kita aktif dan waspada. Tapi jangka panjang, atau "stres kronis," bisa memiliki efek merugikan pada kesehatan, mungkin Anda tidak dapat mengontrol stres dalam dunia Anda, tetapi Anda dapat mengubah reaksi Anda kepada mereka.
Umumnya penyebab stress adalah suatu keinginan yang tidak terpenuhi atau suatu keinginan khawatir apabila tidak terpenuhi. Suatu perasaan /emosional yang memicu metabolisme tubuh untuk bekerja yang secara alamiah normal, tetapi bila metabolisme ini sering terjadi dapat menyebabkan over load/ kerja yang berlebihan yang selajutnya dapat mempengaruhi metabolisme yang lain menjadi tidak normal lagi. dan inilah yang sangat dirasakan oleh penderita/ individu yang tercetus menjadi gejala fisik yang tidak diketahui / secara sadar apa penyebabnya. Lihat juga mekanisme terjadinya stress.
Untuk menetapkan bagaimana cara pencegahan stress, pengobatan stress ataupun pengelolaan stress, terlebih dahulu perlu diketahui penyebab stress
Ada beberapa penyebab atau faktor stress yang kadang kadang tidak diketahui oleh yang bersangukutan antara lain:
Beban Fisik yang yeng relatif lama
1. Ketidak puasan terhadap pencapaian hasil upaya/ merasa superior
2. Kekhawatiran terhadap sesuatu/ kurang percaya diri
3. kegagalan dalam usaha
4. Kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang bisa berupa kesedihan atau kehilangan bahkan kegembiraan.
5. Status kesehatan
6. Status sosial ekonomi
7. Masalah dalam hubungan interpersonal
8. Lingkungan masyarakat atau lingkungan kerja yang baru
9. Kehidupan rumah tangga, pekerjaan, sekolah, masa remaja dan sejenisnya.
Jika sudah mengalami stress biasanya kita akan mengalami beberapa hal dari akibat stress yang pastinya akan merugikan kita sendiri. jadi kita harus bisa lebih menjaga dan menyayangi tubuh.
{ARM}
sumber
http://id.wikipedia.org/
http://www.psychologytoday.com/
http://cardiacku.blogspot.com/
http://gejalastress.wordpress.com/
Minggu, 24 November 2013
DEJA VU MENURUT PANDANGAN ISLAM
Ketika kamu diperkenalkan dengan seseorang, pernahkah terbesit
dalam hati, “Rasanya saya pernah bertemu orang ini. Di mana, ya?” Padahal, kamu belum pernah bertemu sebelumnya. Itu disebut gejala deja vu. Déjà vu adalah sebuah frasa Perancis yang artinya secara harafiah adalah "pernah melihat" atau "pernah merasa". Maksudnya adalah mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya atau suatu perasaan aneh ketika seseorang merasa pernah berada di suatu tempat atau suatu peristiwa yang sama persisi sebelumnya, padahal belum. Konon, orang tang sering mengalami hal itu memiliki bakat spiritual tinggi.
Para skeptis menganggap itu hanya sensasi. Namun banyak juga ahli yang percaya bahwa hal itu memang nyata. Ada yang menyebut bahwa peristiwa yang dirasakan berlangsung pada kehidupan silam. Ini bagi penganut paham reinkarnasi. Bagaimana bagi orang islam ? Surat Al Hadid ayat 22 di atas memberi sekilas isyarat. Bahwa segala sesuatu yang belum terjadi, sudah tertulis dalam kitab. Tengoklah juga surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 96, “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat."
Semua peristiwa di bumi dan semua perbuatan kita memang sudah ada sejak awal. Lalu, akan terjadi satu per satu secara berurutan. Dan pada waktunya, akan terekam dalam saraf penyimpan di otak, mungkin suatu ketika terjadi short-circuit, korslet di otak seseorang. Lintasan listrik di otak melompat nyerempet sinyal ke wilayah yang belum terjadi. Maka orang merasa sudah pernah mengalami atau melihat sesuatu. Padahal yang terjadi adalah dia “pernah” melihat, tetapi di masa depan. Selama ini “pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperluas makna “pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperlus makna “pernah” ke masa lalu dan juga masa depan.
Aneh? Tidak juga. Kita lihat dalam Surat Al Fath ayat 27, Allah membuka peristiwa ketika nantinya Rasulullah Saw. Memasuki Mekah dengan aman. Padahal, itu belum terjadi. Lalu Surat Ar-Ruum (30) ayat 2-4 yang berisi tentang kemenangan Romawi atas Persia, padahal itu baru terjadi beberapa tahun kemudian, itu contoh penyingkapan terhadap peristiwa yang belum terjadi bagi siapapun yang membaca Al Quran. Ternyata, selain kepada para nabi, kadang-kadang Allah memberi “bocoran” masa depan kepada manusia biasa juga. Masa depan memang sudah ada saat ini. Hanya saja, kebanyakan manusia tidak bisa melihatnya. Kecuali mungkin sekilas déjà vu yang dialami segelintir orang tadi.
{ARM}
sumber:
id.wikipedia.org
habiball. blogspot. com
dalam hati, “Rasanya saya pernah bertemu orang ini. Di mana, ya?” Padahal, kamu belum pernah bertemu sebelumnya. Itu disebut gejala deja vu. Déjà vu adalah sebuah frasa Perancis yang artinya secara harafiah adalah "pernah melihat" atau "pernah merasa". Maksudnya adalah mengalami sesuatu pengalaman yang dirasakan pernah dialami sebelumnya atau suatu perasaan aneh ketika seseorang merasa pernah berada di suatu tempat atau suatu peristiwa yang sama persisi sebelumnya, padahal belum. Konon, orang tang sering mengalami hal itu memiliki bakat spiritual tinggi.
Para skeptis menganggap itu hanya sensasi. Namun banyak juga ahli yang percaya bahwa hal itu memang nyata. Ada yang menyebut bahwa peristiwa yang dirasakan berlangsung pada kehidupan silam. Ini bagi penganut paham reinkarnasi. Bagaimana bagi orang islam ? Surat Al Hadid ayat 22 di atas memberi sekilas isyarat. Bahwa segala sesuatu yang belum terjadi, sudah tertulis dalam kitab. Tengoklah juga surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 96, “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat."
Semua peristiwa di bumi dan semua perbuatan kita memang sudah ada sejak awal. Lalu, akan terjadi satu per satu secara berurutan. Dan pada waktunya, akan terekam dalam saraf penyimpan di otak, mungkin suatu ketika terjadi short-circuit, korslet di otak seseorang. Lintasan listrik di otak melompat nyerempet sinyal ke wilayah yang belum terjadi. Maka orang merasa sudah pernah mengalami atau melihat sesuatu. Padahal yang terjadi adalah dia “pernah” melihat, tetapi di masa depan. Selama ini “pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperluas makna “pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperlus makna “pernah” ke masa lalu dan juga masa depan.
Aneh? Tidak juga. Kita lihat dalam Surat Al Fath ayat 27, Allah membuka peristiwa ketika nantinya Rasulullah Saw. Memasuki Mekah dengan aman. Padahal, itu belum terjadi. Lalu Surat Ar-Ruum (30) ayat 2-4 yang berisi tentang kemenangan Romawi atas Persia, padahal itu baru terjadi beberapa tahun kemudian, itu contoh penyingkapan terhadap peristiwa yang belum terjadi bagi siapapun yang membaca Al Quran. Ternyata, selain kepada para nabi, kadang-kadang Allah memberi “bocoran” masa depan kepada manusia biasa juga. Masa depan memang sudah ada saat ini. Hanya saja, kebanyakan manusia tidak bisa melihatnya. Kecuali mungkin sekilas déjà vu yang dialami segelintir orang tadi.
{ARM}
sumber:
id.wikipedia.org
habiball. blogspot. com
Langganan:
Postingan (Atom)